Perjalanan kali ini menuju sebuah pulau
yang perjalanannya ditempuh semalaman dari kampung halaman ane (Bombana,
Sulawesi Tenggara) menggunakan kapal kayu. Pelayaran yang menghabiskan waktu
semalaman di tengah lautan (±10 jam) dengan biaya 120 ribu per
orang, kalo dari kota Kendari butuh biaya sekitar 155 ribu. Yup, pulau itu
adalah pulau Buton yang kotanya bernama Bau-Bau. Kalau dengar nama pulau
tersebut, jadi terngiang-ngiang pelajaran waktu SD yang mengatakan bahwa pulau
Buton adalah penghasil aspal.
Sayangnya perjalanan saya kali ini bukan
pergi melihat bagaimana aspal itu diproduksi (mungkin dilain waktu), tapi
berkeliling menikmati keindahan yang ditawarkan pulau tersebut walaupun cuma
sebagian kecil keindahan alam yang kunikmati karena waktu yang terbatas. Sangat
disayangkan sebenarnya, masih banyak hal yang bisa dikunjungi dan diexplore.
Kerabat saya di kota ini malah menawarkan perjalanan ke beberapa tempat indah
yang lain tapi saya sudah harus segera “menyingkir” dari kota tersebut karena
ada kewajiban lain. Cukuplah curhat ga pentingnya!!! :D
Tempat wisata yang pertama saya kunjungi adalah Benteng Keraton Buton,
tempat ini adalah objek wisata sekaligus juga bangunan bersejarah yang berada
di atas bukit kota Bau-Bau, sehingga kita dapat melihat setiap kapal yang
keluar masuk kota Bau-Bau yang melalui selat Buton.
Hebatnya
lagi, pada tahun 2006, benteng ini tercatat dalam rekor MURI dan Guiness of
Record sebagai benteng terluas di dunia, seluas 23.375 hektar. Konon ceritanya
benteng ini dibangun menggunakan batu-batu gunung yang disusun rapi dengan
menggunakan kapur, rumput laut, dan putih telur sebagai perekat. Kebayang gak
sih seberapa banyak batu gunung, kapur, rumput laut, dan telur yang harus
mereke kumpulkan untuk membangun benteng ini. Apalagi jaman dulu kan belum ada
peternakan ayam petelur, jadi mereka harus nunggu sampai ayam kampung mereka
bertelur. Berapa lama ya mereka harus menunggu dan berapa banyak ayam kampung yang
mereka ternakkan? Hehehe… Belum lagi dengan upaya mengumpulkan bahan-bahan
lainnya. Wow…salutlah dengan semangat juang para nenek moyang kita ini. Semoga
semangat itu tetap kita warisi sebagai generasi muda, apalagi hari ini
bertepatan dengan hari pahlawan.
Ada 12 pintu yang terdapat pada benteng
ini, 16 pos jaga dan meriam-meriam yang diletakkan pada setiap pintu dan sudut
benteng. Beberapa situs budaya yang bisa kita temukan di sekitar keraton Buton,
antara lain: Batu Popaua (Batu Pelantikan), Kasulana Tombi (Tiang Bendera)
yang didirikan dari abad 17, Batu Wolio, Bendera Kerajaan Buton, Liana Latoundu atau Gua Arupalaka yang
merupakan tempat persembuyian Arupalaka (Raja Bone), dan Makan Sultan Murhum.
Di situs Makam Sultan Murhum ada ditawarkan
jasa photographer yang bisa langsung ditunggu hasilnya (nunggu sekitar 10 menit)
jika ingin berfoto rame-rame bersama keluarga/teman ataupun foto sendiri. Kami
pun menggunakan jasa tersebut karena datang rame-rame dengan keluarga walaupun
sebenarnya kami juga membawa kamera, tapi yah pingin coba aja. Biaya yang dikeluarkan
15 ribu untuk per lembar foto ukuran 10R. Namun suasana saat berfoto sedikit
terganggu karena kami mencium aroma pesing yang asalnya ternyata dari sepupu
kecil saya yang ngompol tanpa bilang ke mamanya. Mamanya pun terkena jebakan
batman, saking semangatnya berfoto sambil memangku anaknya yang sudah habis
ngompol, dia gak sadar kalo celana dia pun jadi ikutan basah. “Gapapalah yang
penting saya sudah berfoto, kan celana basahnya gak keliatan” kata tante saya
itu. Hmm…emang ya kalo udah roh kenarsisan yang menghampiri seseorang, yang
lain itu nanti ajalah yang penting narsis dulu.
Kalo cuma tahu dari cerita tentang Benteng
Keraton Buton ini kayaknya kurang seru, kita akan terkagum-kagum kalo bisa
melihat langsung bangunannya. Menurutku gak kalah indah dan eksotis dibanding benteng-benteng
yang ada di luar negeri. Selain bisa melihat bangunan bersejarah dan situs
budaya lainnya, kita juga bisa melihat indahnya kota Bau-Bau dan lautan sekitar
kota Bau-Bau dari Benteng Keraton Buton ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar